Dipersenjatai, Drone Elang Hitam Ditargetkan Produksi Massal

by

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menargetkan produksi massal drone Elang Hitam tahun depan. Pesawat nirawak itu bakal dipersenjatai untuk mengamankan kedaulatan Indonesia.

’’Secara khusus tahun ini kita dapat amanah menerbangkan drone Elang Hitam,’’ kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam rangkaian rapat kerja nasional (rakernas) BPPT di Jakarta kemarin (8/3).

Elang Hitam dirancang untuk keperluan militer. Setelah dipersenjatai, pada tahapan selanjutnya akan diurus sertifikat tipe supaya bisa masuk ke tahapan produksi massal. Hammam mengatakan, jika semua lancar, drone Elang Hitam bisa diproduksi massal tahun depan.

Drone Elang Hitam digarap keroyokan. Selain BPPT, ada keterlibatan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) serta PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Selain itu, ada keterlibatan TNI-AU, ITB, PT Len Industri, dan lainnya.

Hammam berharap uji terbang drone Elang Hitam dapat berjalan lancar. “Insya Allah terbang perdana dahulu di Oktober (tahun ini) atau lebih cepat,” jelasnya.

Setelah itu, tim akan mulai menjalani rangkaian uji terbang serta type certificate oleh Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA). Kabar soal drone Elang Hitam sempat mencuat Desember 2019 lalu.

Melalui kegiatan roll-out di hanggar PT DI, untuk kali pertama drone Elang Hitam diperkenalkan ke masyarakat. Penampakannya terlihat bongsor. Sebab, panjangnya mencapai 8,3 meter dengan bentang sayap 16 meteran.

Saat itu Hammam menuturkan bahwa drone tersebut merupakan salah satu inovasi dalam negeri di bidang pertahanan. Drone itu diyakini mampu terbang tanpa henti atau nonstop selama 24 jam. Kemudian juga dilengkapi dengan pengendalian multiple unmanned aerial vehicle secara bersamaan.

Sementara itu, rakernas BPPT dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Namun, tanpa penguasaan dan pemanfaatan teknologi secara bijak, kekayaan tersebut tidak akan memberikan manfaat maksimal bagi rakyat di masa revolusi industri keempat saat ini.