Wow! Ternyata Deretan Jamu Ini Bisa Dijadikan Jamu Pelangsing

by

SAMARINDANEWS.COM – Ingin minum jamu pelangsing namun masih takut jika ada efek sampingnya? Tenang, beberapa pilihan jamu ini bisa diminum sebagai pelengkap diet.

Saat ini, ada banyak produsen jamu pelangsing yang memberi label bahwa produknya dapat menurunkan menurunkan berat badan dengan cepat. Namun, tidak semua sehat bagi tubuh.

Bahkan beberapa jamu pelangsing sudah dicampur dengan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan. Dibandingkan membeli jamu pelangsing berbahan kimia, apalagi jika belum memenuhi syarat BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), sebaiknya gunakan jamu pelangsing yang terbuat dari bahan alami saja.

Jamu pelangsing alami dapat membantu menurunkan berat badan tanpa mengganggu kesehatan, karena terbuat dari bahan-bahan herbal. Dengan konsumsi setiap harinya, dapat membantu diet yang sedang dijalani.

Deretan jamu pelangsing alami ini dapat membantu untuk menurunkan berat badan.

Kunyit Asam
Jamu pelangsing alami yang manjur salah satunya adalah kunyit asam. Dikenal sebagai pereda nyeri saat haid, namun ternyata kunyit asam juga bisa digunakan untuk menurunkan berat badan.

“Kalau ingin langsing, biasanya saya cuma menganjurkan kunyit asam,” tutur Lasmi, Ketua Paguyuban Jamu Gendong Lestari, kepada detikHealth.

Menurut Lasmi, kunyit asam bermanfaat untuk mengendalikan nafsu makan agar tidak berlebihan. Alasan itu menjadikan kunyit asam sebagai jamu pelangsing alami.

“Pagi minum kunyit asam, dijamin siang tidak pengin ngemil lagi. Kalau saya sih tidak berani ngasih macam-macam, untuk langsing ya kunyit asam aja paling aman,” tambahnya.

Jamu Jati Belanda
Selain kunyit asam, jamu pelangsing alami yang efektif adalah jamu jati Belanda. Hal ini disampaikan oleh Drs Bahdar J Hamid, MPharm, yang pernah menjabat menjadi Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplementer Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pada tahun 2013 lalu.

“Jamu jati Belanda itu dapat melangsingkan badan secara alami dengan cara mengurangi serapan makanan. Kalau mekanismenya seperti itu masih aman, tapi kalau mulai merangsang jantung itu tidak saya rekomendasikan,” ujar Drs Bahdar J Hamid, MPharm.

Source: detik.com